
Kemesraan Rosululloh bersama istri juga terlukis indah pada saat berolahraga bersama istri.
Mahliqai rumah tangga bak piala yang harus dijaga, agar jangan sampai tergores, retak apalagi terjatuh. Ada banyak bumbu rumah tangga yang dapat menjadikan penyedap. Perhatian tak harus selalu besar dengan harga mahal, yang terpenting adalah ketulusan. Ada semangat untuk elayani dan memberi. walau sekedab menvempatkan jalan bersama di pagi hari, atau bahkan bercenokerama di sore hari di sudut kampung. Belajar dari Rosululloh tentang bagaimana mengambil hati seorang istri.
Memberikan Kesenangan Kepada Istri
Idealnya seorang suami mengetahui kesukaan istri, sesuatu vang membua hati berbunga-bunga. Entah hal itu berupa simbol tertentu yang mengenang masa pernikahan dulu, atau gubahan indah dari sang suami. Boleh jadi kesenangan terhadap tempat tertentu atau berupa buah yang ranum. Semua itu, dapat menjadi sarana bagi sang suami untuk membuat hati sang istri bahagia. Adalah rumah tangga Nabi dikisahkan Said bin Yazid meriwayatkan bahwa ada seorang wanita menghadap Rosululloh, lalu beliau kemudian berkata. “Wahai Aisvah. tahukah enakau siapakah orang ○ tadi?” ‘Aisvah berkata, “Tidak wahai 3 Nabi Alloh.” Kemudian beliau berkata “Ini adalah budak vang pandai bernyanyi dari Bani Fulan, sukakah engkau bila dia bernyanyi untukmu?” Aisyah menjawab. “Ya.” Kemudian beliau N memberi wanita itu sebuah talam, dan dia pun menyanvi.” (Isnadnya Shohih diriwavatkan oleh Ahmad (3 /449) dan Thobrani di dalam Al Kabir (7/158).
Lihatlah disela-sela tugasnya menyampaikan risalah kenabian, beliau memberikan perhatian dan menghibur istrinya, terlihat sederhana memang namun coba bandingkan dengan kesibukan yang begitu padat itu, beliau masih menyempatkan diri untuk mengerti dengan kesenangan istri.
Tidak Tabu Bersifat Kekanak-kanakan
Umar bin Khottob berkata, Jadilah seperti anak – anak dihadapan istri-istri kalian.” Umar yang gagah tegas, keras dan penuh keseriusan itu menganjurkan kepada kita bersikap seperti kanak-kanak. Bukanlah karena masa _ kecil kurang bahagia. Tetapi kepenatan jiwa yang sangat setelah mengurusi berbagai persoalan berat sering membuat kita merindukan masa kecil. Mengungkapkan luapan jiwa dengan penuh canda dan tawa yang lugu dan polos.
Lihatlah petikan kisah, canda istri Rosululloh bersamanya, “Aisyah berkata, “Suatu ketika aku datang kepada Rosululloh dengan membawa makanan yang terdiri tepung – buah- buahan yang manis serta mentega. Aku telah memasaknya untuk Rosululloh Saat itu Saudah ada disamping beliau Kemudian aku berkata kepada Saudah, “Makanlah atau aku akan mengotori wajahmu.”
Ternyata Saudah enggan memakannya. Kemudian aku meletakkan tangan dan mengambil makanan tersebut untuk mengotor wajahnya, Rosululloh s tertawa menyaksikan hal itu sambil meletakkan pahanya di tubuh saudah. Lalu beliau ikut meletakkan tangannya ke makanan tersebut dan menyuruh Saudah untuk mengotori wajahku. Lalu Saudah pun mengoleskan makanan itu ke wajahku. Rosululloh tertawa lagi melihat kejadian tersebut, tapi tiba-tiba Umar bin Khottob lewat. Rosululloh mengira Umar akan masuk menjumpai beliau. Maka beliau berkata kepadaku dan Saudah, “Berdirilah, basuhlah wajah kalian agar Umar_tak melihat rupa kalian.” Maka akupun segera berlari dari Umar untuk memenuhi perintah Rosululloh.” (HR Abu Ya’la dan Asakir)
Itulah potret keceriaan Rosululloh bersama para istri, semuanya berjalan dengan alami menambah suasana semakin ceria yang memecahkan kehampaan komunikasi. Ada yang bilang sudah bukan saatnya lagi untuk kekanak-kanakan, _ padahal justru di situlah letak keindahan dalam rumah tangga disela-sela kesibukan yang menguras energi dan fikiran
Berolahraga Bersama
Kemesraan Rosululloh bersama istri juga terlukis indah pada saat berolahraga bersama istri. Ketika keduanya berlomba lari, keduanya asyik bercengkerama menikmati indahnya suasana. ‘Aisyah berkata, “Aku keluar bersama Rosululloh a (dalam sebuah perjalanan) dan ketika itu aku masih ramping. Lalu kami berhenti di sebuah tempat perhentian, kemudian ia berkata kepada para sahabatnya, “Menjauhlah kalian terlebih dahulu (untuk berlomba).” (Hal ini dilakukan agar) tidak ada dari mereka yang melihat gerakan istri beliau saat perlombaan. Kemudian beliau berkata kepadaku, “Kemarilah hingga aku berlomba denganmu.” “Lalu beliau berlomba denganku dan aku mampu mendahuluinya.” Di kesempatan lain aku keluar bersama beliau dalam sebuah perjalanan, dan waktu itu badanku telah gemuk (dan aku lupa). Lalu kami berhenti di sebuah tempat perhentian. dan beliau berkata kepada para sahabatnya, “Menjauhlah kalian.” Lalu beliau berkata kepadaku, “Kemarilah aku akan berlomba denganmu.” Lalu kukatakan, “Bagaimana aku bisa berlomba denganmu wahai Rosululloh sedangkan aku dalam keadaan seperti ini?” Beliau menjawab, “Engkau pasti bisa.” Kemudian beliau lomba bersamaku dan beliau mendahuluiku. Kemudian beliau menepuk bahuku seraya berkata,”Ini balasan dari (perlombaan) yang dahulu.” (Hadits Shohih yang diriwayatkan oleh An Nasa’i didalam Al Sunah Al Kubro (5/304) dan yang berada dalam kurung adalah darinya. Dan lihat Mushanaf Ibni Abi Syaibah (1/531) dan Hadits tersebut mempunyai beberapa jalur)
Mencium Istri dari Waktu Ke Waktu
Menariknya lagi, kemesraan bersama istri juga dipraktekan Nabi Muhammad pada saat-saat mendekatkan diri pada Alloh s, terutama ketika sedang berpuasa. Beliau tidak hanva mencium pada satu tempat saja di wajah istri beliau, namun pada beberapa tempat Beliau juga tidak membatasi dengan satu cara saja, tetapi dengan berbagai cara.
Aisyah telah meriwayatkan, bahwa Rosululloh menciumnya sedang beliau sedang berpuasa. Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya ciuman itu tidak membatalkan wudhu atau puasa seseorang.” Dan beliau bersabda. “Wahai Humaira (panggilan untuk “Aisyah), sesungguhnya dalam agama kita terdapat kelapangan.” (Hadits shohih diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahawaih. di dalam Musnadnya (2/172). mencium di bagian mana saja bagt Rosululloh tetap berpuasa, beliau wajahku hingga beliau berbuka.”‘ (Keduanva oleh An Nasa’i di dalam As Sunah Al Kubro (2/204) dan Ahmad (/101 dan 162 dan 213) dan yang kedua menurut ibnu Khuzaimah didalam Shohihnva (3/246).
Adalah Rosululloh kepada para istri selalu ada perhatian di setiap kesempatan, kasih sayang kepada istri hendaknya tidak memudar apalagi dan hilang bersamaan dengan bertambahnya usia pernikahan Keharmonisan rumah tangga bisa dengan sentuhan kata, perhatian ringan, gelak canda dan menghiburnya untuk menumbuhkan sikap optimis.
